BARAT

Free porn videos

WELCOME TO Orredoosex88 SAHABAT PASCOL... FREE WATCH AND DOWNLOAD OFFICIAL WEB PARTNER KLIK DSINI BOSKU
Free porn videos

Sunday, September 30, 2018

Saya Ngentot Dengan Suami Kakak Ku

Cerita Dewasa Romantis - Saya seorang gadis dewasa dengan postur yang terbilang indah dan mulus, tinggiku 169 cm, kuning langsat warna kulitku, wajahku sedikit tirus, badan ku langsing, ukuran payudarah ku 36B cukup montok kalo di lihat dari samping. Status ku masih perawan loh, belum ada yang pernah menikmati lobang kemaluanku, cuman sekali-sekali saya sentuh untuk merasakan rasanya masturbasi, yaa maklum saja namanya juga gadis remaja, saya juga punya cita-cita, tetapi saya takut untuk terkait seks. Cuman dikala saya masturbasi saya tak jarang membayangkan barang lelaki yang masuk ke dalam lobang kewanitaanku, tetapi realnya saya tak memasukan tanganku ke dalam, cuma sebatas daya pikir saja.

Saya Ngentot Dengan Suami Kakak Ku


Suatu hari saya berkunjung ke rumah Mba ku yang bernama Rani, saya berniat untuk menginap di rumahnya, sebagai kabar Mba Rani ini baru saja menikah, ya kaprah kaprah 6 bulan yang lalu, tetapi ia belum di karuniai buah hati. Malam itu saya tidur di sebelah kanan, Mbak Rani di tengah dan Mas Ton di sebelah kiri. Malam itu saya berbincang-bincang dengan kakakku hingga larut malam, kulihat Mas Ton telah tertidur lebih dahulu. Hingga hasilnya kami kehabisan cerita dan tertidur. Sekitar jam 04:00 pagi, Mbak Rani terbangun dari tidurnya untuk mengurusi urusan dapur. Saya tahu ini yakni adat istiadat sewaktu remaja. Ia senantiasa bangun paling permulaan.

Hakekatnya saya juga terjaga dikala dia turun dari daerah tidur, namun saya konsisten di daerah tidur sebab malas. Dalam keremangan lampu 5 watt, kulirik Mas Ton kakak iparku yang masih tampak tidur pulas di sebelahku tanpa terhalang oleh tubuh Mbak Rani, meski jarak kami cukup jauh.Dalam tidurnya yang tengadah dengan mengenakan piyama warna abu-abu, tanpa sengaja kulihat ke arah selangkangannya. Kulihat sesuatu yang mencuat tinggi dari balik celananya. Hatiku berdebar-debar dan kurasakan perasaan hangat yang mendalam diseluruh tubuhku, kutahankan nafsuku. Saya tak berani bergerak dan saya konsisten pura-pura tidur meski kupincingkan mataku untuk merasakan panorama yang syuur itu.Tiba-tiba Mas Ton membalikkan badan menghadap ke arahku, kupejamkan mataku. Saya pura-pura masih tertidur nyenyak. Tiba-tiba kurasakan tubuh Mas Ton digeserkan mendekatiku, entah disengaja atau tak, namun gerakannya benar-benar hati-hati, mungkin takut saya terbangun.

Saya konsisten pura-pura masih tidur dalam posisi tengadah, jantungku berdegup keras, saya tak tahu apa yang wajib kuperbuat. Kuatur nafasku, mau rasanya saya melompat turun dan keluar kamar. Melainkan desiran hangat yang mempercepat sirkulasi darahku membuatku mengurungkan niatku. Tangan Mas Ton seperti tanpa sengaja merekat ke tanganku, saya konsisten tak bergerak. Tak berapa lama, kurasakan tangannya menindih tanganku, dan itu cukup lama hingga saya bingun wajib berperilaku apa. Dikala dipandangnya saya membisu saja, kurasakan ia mulai mengelus lengan dengan lembut dan kurasakan kehangatan yang benar-benar menyenangkan.

Tangannya terus mengelus ke atas leherku, saya membendung kegelian. Melihatku membisu saja, Mas Ton kian berani dan tangannya mulai turun untuk menyentuh-raba buah dadaku dari luar daster. Tak lama kemudian, tali daster dan tali BH-ku diwariskan dan tangannya menerobos masuk ke dalam buah dadaku. Saya menggelinjang dikala jarinya meremas buah dadaku dengan lembut, dan mengelus-elus puting susuku. Nafasku memburu, saya makin terstimulus, pun Mas Ton tanpa sadar sudah merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Kaki kirinya sudah menindih kedua lututku yang membisu tidak bisa berontak, sebab hasratku membuatku keder. Kurasakan batang alat kelaminnya yang sudah mengeras di balik piyamanya merekat ketat di pinggul kiriku. Dan saya masih pura-pura tidur.

Dilepaskan tangannya dari BH-ku, tangan kirinya merayap di pahaku, lalu menyusup di bawah daster dan mengelus paha atas komponen dalam dan hasilnya stop di pangkal paha. Dielusnya dengan lembut bibir kemaluanku yang masih rapat terbalut dengan celana dalam, kurasakan kehangat dan perasaan sedap mengalir di dalam dinding kemaluanku. Elusan di atas celana di depan organ intim wanita, kadang-kadang diselipkan jari tanganya dari samping celanaku membikin dinding vaginaku berdetak lembut dan nikmat. Saya menikmati bahwa kepunyaanku telah berair. Tiba saatnya Mas Ton memasukkan tangan kirinya ke dalam celanaku lewat pusar, dikala itu saya sadar dan saya takut seandainya Mbak Rani tiba-tiba masuk, karenanya kupegang tangannya dan kutahan supaya Mas Ton tak meneruskan niatnya. Melainkan tangannya tak berkeinginan keluar dari celanaku dan saya konsisten membendungnya.

Kubuka mataku, kutatap wajahnya. Mas Ton tersenyum, namun saya tak bisa membalas senyumnya. Saya mau geram kepadanya atas kelancangannya, namun saya tak bisa, sebab dalam gejolak stimulasi yang membuaiku sebetulnya saya telah kehilangan rasioku. Saya menikmatinya dan penolakanku lebih bersifat kekhawatiranku akan munculnya Mbak Rani dari pintu kamar yang tak terkunci. Dalam situasi demikian kuarahkan pandanganku ke pintu kamar. Mas Ton menangkap apa yang kumaksud.

Ditariknya tangannya dari celanaku, dan ia seketika turun dari daerah tidur dan seketika menguncipintu kamar. Saya tak tahu apa yang wajib kuperbuat, sepatutnya saya bangun dari daerah tidur dan seketika keluar kamar, sehingga bisa terhindar dari tindakan Mas Ton yang lancang itu,namun tak. Komponen dalam vaginaku masih berdetak dengan lembut, aliran darahku dan birahiku masih belum turun dari kepala. Sensasi ini belum pernah terjadi sebelumnya, pun dengan pacarku saja saya masih sebatas bergandengan tangan saja. Entah apa yang kubayangkan dikala itu.

Kubalikkan tubuhku menghadap tembok membelakangi Mas Ton yang kembali dari arah pintu. Direbahkannya tubuhnya rapat di belakangku sambil menarik pundakku ke arahnya, sehingga saya kembali dalam posisi tengadah dan ia mencoba menciumku, namun saya menghindar dari kecupannya. Kugelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, hingga hasilnya Mas Ton dapat menangkap mulutku dengan mulutnya. Dikala itu saya telah tak bisa lagi membendung kuasa nafsu daya seksualitas dari dalam tubuhku yang masih perawan ini.



Itulah pertama kalinya saya dikecup oleh seorang laki-laki, saya masih bodoh dikala ia menyedot dan menjilat bibirku. Saya tak memberikan respon yang sepatutnya wanita berikan dikala dicumbu seorang lelaki, saya masih terkejut, nafasku tak beraturan, namun nafsuku bangkit kembali. Tanpa sadar kupeluk pundaknya erat-erat dikala tangannya meremas-remas buah dadaku. Kurasakan payudaraku mulai mengeras, apalagi dikala puting susuku dipelintir ke kanan dan ke kiri berulang-ulang dengan lembut. Sensasinya sungguh diluar dugaanku.

Dikala bibirnya mulai menjalar ke leherku, tangannya pindah dari dada ke arah selangkangan, kubiarkan Mas Ton membuka ujung bawah daster dan menelusup ke bawah celana dalam. Diusap-usapnya rambut kemaluanku untuk sebagian lama, dan kemudian jari tangannya mulai terasa menggesek dinding organ intim wanita dan kemudian ke atas ke arah klitoris. Aaahhh.., ada rasa ngilu yang benar-benar sedap. Sebagian lama jarinya mengelus dan menggeletarkan klitorisku, tanpa sadar kuikuti iramanya dengan menggoyang pinggulku. Kenikmatan telah menjalar ke semua kelamin, ke pinggul dan pun ke komponen pantatku. Aduh sedap sekali.

Saya merintih dan mendesah perlahan penuh kenikmatan. Dikala Mas Ton menarik tangannya dari dalam celana, saya merasa kecewa, rupanya tak, dia rupanya melepaskan celananya ke bawah sehingga batang kejantanannya yang sudah berdiri dengan kokoh menyeruak keluar. Kepala yang membesar sudah mengSXTat. Dinasehatinya dengan lembut tangan kiriku ke arah batang kejantanannya dan saya tak kuasa lagi menolaknya. Kugenggam dan kuremas-remas dengan lembut batang panjangnya. Inilah pertama kalinya saya mengamati sekalian meraba alat kelamin seorang laki-laki. Dadaku bergetar penuh daya seksualitas, kemudian dikala jarinya kembali memainkan klitorisku, sedang jari lainnya kian masuk ke dalam liang senggamaku, karenanya kukocok batang kejantanannya kian pesat.

Kudengar napasnya memburu disertai desis yang pendek dari mulutnya. Dinding dalam liang kewanitaanku berdetak kian dalam. Kujepit jarinya dengan bibir bawahku, saya tak bendung lagi, kenikmatan telah menjalar sampai ujung rambut. Tiba-tiba, saya merasa ada getaran kuat yang datang dari arah rahimku. Saya membendung napas, saya menggelinjang dan kujepit jarinya dengan kuat. Saya sudah menempuh puncak, liang kewanitaanku berkedut-kedut dengan kuat. Aahhh.., dan pada dikala yang hampir berbarengan, Mas Ton menekankan pinggulnya ke pahaku, dan batang genitalia yang berada dalam genggamanku terasa berkedut-kedut dengan kuat, dan kurasakan air maninya memancar dan membasahi pahaku.

“Aaahhh..,” cuma desisan yang bisa kukeluarkan dari mulutku.
Sebagian detik saya terkapar dengan lemas berdampingan dengan tubuh hangatnya Mas Ton. Dengan malas saya bangun, kubuka pintu kamar dan seketika saya ke kamar mandi. Saya takut bersua Mbak Rani yang masih sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi kami.

Dikala di kamar mandi, saya sempat membayangkan sensasi kenikmatan yang berlangsung sebagian menit yang lalu. Ada perasaan bahagia bercampur dengan perasaan takut bergejolak di dalam diriku dikala kubersihkan kemaluanku di kamar mandi. Mas Ton masih tengadah di daerah tidur sambil tersenyum menatap wajahku dikala saya keluar dari kamar mandi dan lantas menuju ke dapur menolong Mbak Rani yang tak mengenal adanya sensasi menawan di kamar itu.

Hari itu juga kuputuskan saya wajib kembali ke kotaku, saya tak berkeinginan hal itu terjadi lagi. Bukan saya tak menyukainya, namun saya tak mau rumah tangga kakakku menjadi semrawut gara-gara kehadiranku yang membangkitkan daya seksualitas suaminya. Mbak Rani terkejut dikala saya pamitan untuk pulang. Saya memberikan alasan bahwa ada tugas kuliah yang lupa kuselesaikan. Padahal apa yang kulalui dikala itu tak merusak keperawanan yang kumiliki, namun itu adalah pengalaman pertamaku dalam merasakan sensasi seks yang sebetulnya.

Saturday, September 29, 2018

Nikmatinya Ngentot Sama Gadis Menawan Calon TKW Malaysia

Cerita Sexs - Empat tahun lalu saya masih tinggal dikota B. Waktu itu saya berumur 26 tahun. Saya tinggal dirumah sepupu, sebab sementara masih menganggur saya iseng-iseng menolong sepupu bisnis kecil-kecilan di pasar. 3 bulan saya jalani dengan lazim saja.

Nikmatinya Ngentot Sama Gadis Menawan Calon TKW Malaysia


Sampai kesudahannya secara tidak disengaja saya ketahui seorang pelanggan yang lazim menerapkan jasa angkutan barang pasar yang kebetulan saya yang mengemudikannya. Bu Murni namanya. Sambil ngobrol ngalor-ngidul saya antar ia hingga dirumahnya yang memang agak jauh dari pasar daerah ia berjualan kain-kain dan pakaian.

Sesampai dirumahnya saya bantuin ia mengangkat barang-barangnya. Mungkin sebab telah mulai akrab saya enggak lantas pulang. Toh, memang ini penumpang yang terakhir. Saya duduk dikursi bambu yang ada di depan rumahnya tepat di bawah pohon jambu. Dari dalam saya mendengar bunyi seperti menyuruh terhadap seseorang..

“Nak... Tolong beri air putih ke depan ya..,” kata Bu Murni yang sedang berada di dalam rumahnya.

Saya tak mendengar ada jawaban dari yang disuruh Bu Murni tadi. Yang ada tiba-tiba seorang gadis usia kaprah-kaprah 20 tahunan keluar dari rumah membawa gelas dan kendil air putih segar. Wajahnya lazim saja, agak mirip Bu Murni, tetapi kulitnya putih dan semampai pula. Ia tersenyum..

“Ini mas air putih seger, minum dulu.. ..” ia menyapaku sambil memberikan senyum manisnya.
“I.. Iya.. Makasih..” balasku.

Dalam keadaan tersenyum, ia putar balik untuk masuk kembali ke rumahnya. Saya masih tertegun sambil melihatnya. Bokongnya berkeinginan tembus pandang saja niatku, ‘Tidak wahai, jalannya selaras, lumayan deh..’ batinku.

Ia seberapa lama Bu Murni keluar. Ia telah ganti pakaian, mungkin yang lazim ia gunakan kesehariannya..

“Dik Wahyu, itu tadi buah hati aku si Pipit..” kata Bu Murni.
“Ia tuh lagi ngurus surat-surat katanya berharap ke Malaysia jadi TKW.” lanjutnya. Saya manggut-manggut..
“O gitu yah.. Ngapain sih kok berharap jauh-jauh ke Malaysia, kan jauh.. Nanti sekiranya ada apa-apa gimana..” saya menimpalinya.

Ia seterusnya saya ngobrol sejenak lalu pamit undur diri. Saat saya baru ingin menyalakan kendaraan pickupku, Bu Murni memanggilku sambil berlari ke arahku...

“Eh dik Wahyu, tunggu dahulu katanya Pipit berharap turut hingga terminal bus. Ia berharap ambil surat-surat dirumah kakaknya. Tungguin sejenak ya..”

Saya tak jadi menstater dan sambil membuka pintu kendaraan beroda empat saya tersenyum sebab inilah saatnya saya dapat puas mengetahui si Pipit. Begitulah kesudahannya saya dan Pipit berkenalan pertama kali. Saya antar ia mengambil surat-surat TKW-nya. Selama perjalanannya, saya dan pipit mengobrol dan sambil bercanda-canda.

“Pit.., namamu Pipit. Kok nggak ada lesung pipitnya..” kataku ngeledek. Pipit juga tidak keok ngeledeknya.
“Saya kan sudah ada lesung yang lain mas... emangnya kurang ya..” balas Pipit..

Di situ saya mulai berani ngomong yang sedikit bandel, sebab sepertinya Pipit tidak terlalu kaku dan lugu layaknya gadis-gadis didesa. Hanya saja ia berani merantau keluar negeri, pikirku.

Saat sampai dirumah kakaknya, ternyata sang tuan rumah tengah pergi membantu tetangganya yang sedang membuat pesta. Saya ada buah hatinya yang masih kecil kaprah-kaprah 7 tahunan dirumah. Pipit memerintahnya memanggilkan ibunya.

“Eh Ugi, Ibu telah lama belum perginya? susulin sana, bilang ada Lik Pipit gitu yah..”

Ugi pergi menyusul ibunya yang tidak lain ialah kakaknya Pipit. Sambil menunggu Ugi, saya duduk dikursi yang ada di depan rumah. Pipit masuk ke ruangan dalam mungkin ambil air atau apa, saya diruangan depan. Kemudian Pipit keluar dengan segelas air putih ditangannya.

“Mas minum lagi yah.. Kan capek nyetir kendaraan beroda empat..” katanya.

Diberikannya air putih itu, tetapi mata Pipit yang cantik itu sambil memandangku genit. Saya terima saja gelasnya dan meminumnya. Pipit masih saja memandangku tidak berkedip. Akupun kesudahannya nekat melihat ia juga, dan tidak terasa tanganku meraih tangan Pipit, dingin dan sedikit berkeringat. Ia dikira, pun tangan Pipit meremas jariku. Saya tidak ambil pusing lagi tangan satunya kuraih, kugenggam. Pipit menatapku.

“Mas.. Kok kita pegang-pegangan sih..” Pipit separuh berbisik.
Saya agak malu mendengarnya namun tetap kujawab, “Abisnya, .. kamu juga menggoda sih..”

Namun itu sambil sama-sama tersenyum saya nekad menarik kedua tangannya yang lembut itu sampai tubuhnya merekat di dadaku, dan kesudahannya kami saling berpelukan tak terlalu erat tadinya. Saya terus meng-erat lagi, erat lagi.. Saya dadanya sekarang merekat lekat didadaku. Saya kian memperoleh keberanian untuk mengelus wajahnya. Saya dekatkan bibirku sampai meraba bibirnya.

Merasa tak ada protes, lantas kukecup dan mengulum bibirnya. Benar-benar enak. Bibirnya berair-berair madu. Tanganku meraba buah dadanya yang lumayan besar dan kucubit-cubit pentil buah dadanya. Sayup-sayup saya mendengar Pipit seperti mendesah lirih, mungkin mulai terstimulasi kali..

Apalagi tanpa basa-basi tonjolan di bawah perutku kadang-kadang saya sengaja kubenturkan kaprah-kaprah ditengah selangkangannya. Itu seperti ia tahu iramanya, ia memajukan sedikit komponen bawahnya sehingga tonjolanku membentur pas diposisi “mecky”nya.

Sinyal-sinyal nafsu dan birahiku mulai memuncak dikala tanpa malu lagi Pipit menggelayutkan tangannya dipundakku memeluk, bokongnya goyang memutar, menekan sambil mendesah. Tanganku turun dan meremas bokongnya yang padat. Akupun turut goyang melingkar menekan dengan tonjolan penisku yang menegang tetapi terbatas sebab masih menerapkan celana lumayan ketat. Saya rasanya saya gendong tubuh Pipit untuk kurebahkan ke dipan, tetapi urung sebab Ugi yang tadi diperintah Pipit memanggil ibunya telah datang kembali.

kami langsung segera lepas dari pelukan, merapikan pakaian kami, dan duduk seakan-akan tak ada terjadi apa pun saat Ugi masuk. Ugi yang rupanya sendirian berkata seperti pembawa pesan.

“Lik Pipit, Ibu masih lama, sibuk sekali lagi masak buat tetamu-tetamu. Lik Pipit suruh tunggu aja. Ugi juga berharap ke sana berharap main banyak sahabat. telah ya Lik..”

Habis berkata seperti itu Ugi lantas lari ngeloyor mungkin lantas buru-buru berharap main dengan sahabat-sahabatnya. Saya dan Pipit saling menatap, tidak habis pikir mengapa ada peluang yang tidak terduga datang beruntun untuk kami, tidak ada agenda, tidak ada niat tahu-tahu kami cuma berdua saja disebuah rumah yang kosong ditinggal pemiliknya.

“Mas, mending kita tunggu saja yah.. telah jauh-jauh balik lagi kan mubazir.. Saya Mas Wahyu ada acara nggak nanti berabe dong..” berkata Pipit memecah keheningan.

Dengan berbunga-bunga saya tersenyum dan sependapat sebab memang tak ada acara lagi saya dirumah.

“Pit sini deh.. Saya bisikin..” kataku sambil menarik lengan dengan lembut.
“Eh, kau menawan juga yah sekiranya diperhatikan-pandang..”

Tanpa ba-Bi-Bu lagi Pipit pun memelukku, mengecup, mengulum bibirku malahan dengan motivasinya yang sensual saya diciptakan terperanjat langsung. Akupun membalasnya dengan buas. Saya tak berlama-lama lagi sambil berdiri. Saya menyokong menasihatinya ke dipan untuk kemudian merebahkannya dengan masih berpelukan.

Saya menindihnya, dan masih menciumi, menjilati lehernya, hingga ke kuping sebelah dalam yang rupanya putih mulus dan berbau teduh. Tangannya menyentuh tonjolan dicelanaku dan terus meremasnya seiring desahan daya seksualitasnya. Saya tidak merasa bimbang dan langsung secepatnya melepaskan kancing pakaiannya. Ia tabah saya berkeinginan merasakan buah dada keras kenyal berukuran 34 putih mulus dibalik bra-nya.

Sekali sentil tali bra terlepas, sekarang pas di depan mataku dua tonjolan seukuran kepalan tangan artis film pria Arnold Swchargeneger, putih keras dengan puting merah mencuat kurang lebih 1 cm. Puas kupandang, dilanjutkan meraba putingnya dengan lubang hidungku, kuputar-putar sebelum kesudahannya kujilati memutari diameternya kumainkan lidahku, kuhisap, sedikit menggigit, jilat lagi, bergantian kanan dan kiri.

Pipit membusung menggeliat sambil menghela napas daya seksualitas. Matanya merem melek lidahnya menjulur membasahi bibirnya sendiri, mendesah lagi.. Sambil lebih keras meremas penisku yang telah mulai terbuka resluiting celanaku sebab usaha Pipit.

Tanganku mulai merayap ke sana kemari dan baru stop dikala sudah kubuka celana panjang Pipit perlahan tetapi pasti, sampai berbugil ria saya dengannya. Semua bagian tubuhnya dengan senang hati kujilat dari kuping sampai ke jari-jari kakinya. Tidak Pipit mulai tidak beraturan dikala jilatanku kualihkan dibibir vaginanya.

Iri cantik, alangkah merah, alangkah nikmatnya. Clitoris Pipit yang sebesar kacang itu kuhajar dengan SXTatan SXTatan lidahku, kuhisap, kuplintir-plintir dengan semua keberingasanku. Untukku, Klitoris Pipit mungkin adalah yang terindah se-Asia tenggara.

Kali ini Pipit telah seperti terbang menggelinjang, bokongnya mengeras bergoyang paralel jarum jam meski mukaku masih membenam diselangkangannya. Ia lama kemudian kedua paha Pipit mengempit kepalaku memperbolehkan mulutku konsisten membenam di meckynya, menegang, melenguhkan bunyi napasnya dan…

“Ahhh.. Ahhh.. Ahhh.. Mas.. Pipit mau.. Keluar.. Mas..” mendengar desahan itu, saya semakin menjadi-jadi, kusodot-sodot meckynya, dan basahlah si-rongga sempit Pipit itu. Saya sekali rasanya sekiranya saya tidak sempat keluar orgasme, kuangkat mukaku, kupegang penisku, kuhujam ke vaginanya.

Rupanya tidak terlalu sulit sebab memang Pipit tak perawan lagi. Namun, saya tak perduli siapa yang terlebih dahulu mengambil keperawanan Pipit. Sebab itu bukan satu hal penting. sama sekali, yang penting saya kini bisa kenikmatannya. Saya sendiri sebenarnya bukan orang yang terlalu pikirkan etika kesucian, justru saya lebih senang untuk tidak pikirkan hal itu.

Kembali ke “pertempuranku”, separuh dari penisku telah masuk keliang Miss V sempitnya, kutarik maju mundur perlahan, perlahan, cepet, perlahan lagi, tanganku sambil meremas buah dada Pipit. Kaprah Pipit mengisyaratkan untuk lebih pesat mengasah kocokan penis saktiku, akupun tanggap dan memenuhi kemauannya. Benar saja dengan “Ahh.. Uhh”-nya Pipit mempercepat pengerjaan penggoyangan saya kegelian. Geli sedap tentunya. Saya keras, kian pesat, kian dalam penisku menghujam.

Saya-kaprah 10 menit berlalu, saya tidak bendung lagi sesudah bertubi-tubi menikam, menukik ke dalam sanggamanya disertai empotan dinding Miss V bidadari calon TKW itu, saya separuh teriak bersamaan desahan Pipit yang kian mengasah, dan kesudahannya detik-detik penyampaian puncak orgasme kami berdua datang.

Saya dan Pipit menggelinjang, menegang, daan.. Saya orgasme menyemprotkan benda cair kental di dalam mecky Pipit. Sebaliknya Pipit juga demikian. Mengesah panjang sambil menjambak rambutku... Tubuhku serasa roboh rata dengan tanah sesudah melayang ke antarriksa kenikmatan. Kami berpelukan, mulutku berbisik dekat kuping Pipit.

“Setelah edan Pit.. Bikin saya kelojotan.. Saya sekali.. Setelah puas Pit?”
Pipit cuma mengangguk, “Mas Wahyu.., saya seperti di luar angkasa lho Mas.. Luar lazim benar kau Mas..” bisiknya..

Sadar kami berada dirumah orang, kami seketika mengenakan kembali baju kami, merapihkannya dan bersikap menenangkan meskipun peluh kami masih mengucur. Saya meraih gelas dan meminumnya.

Kami menghabiskan waktu menunggu kakaknya Pipit datang dengan ngobrol dan bersenda gurau. Sempat Pipit bercerita bahwa keperawanannya sudah sirna setahun lalu oleh tetangganya sendiri yang kini telah meninggal sebab demam berdarah. Saya tak ada kenikmatan dikala itu sebab berupa perkosaan yang entah mengapa Pipit memilih untuk memendamnya saja.

Begitulah kesudahannya kami sering kali berjumpa dan merasakan hari-hari cantik memasuki keberangkatan Pipit ke Malaysia.  dirumahnya, dikala Bu Murni kepasar, maupun di kamarku sebab memang bebas 24 jam tanpa pantauan dari sepupuku sekalipun.

Ia lama sesudah keberangkatan Pipit saya pindah ke Jakarta. Khabar terakhir perihal Pipit saya dengar setahun yang lalu, bahwa Pipit telah pulang kampung, bukan sendiri tetapi dengan seorang buah hati kecil yang ditengarai sebagai hasil relasi gelap dengan majikannya semasa berprofesi di negeri Jiran itu.

Sementara saya sendiri masih berpetualang untuk terus mencari “Pipit-Pipit” lain dengan harapan datang ke pelukanku. Hingga kini, saya masih terus mencarinya. Sungguh kasihan sekali nasib gue.

Thursday, September 27, 2018

Di Ajari Ngentot Oleh Kak Linda

Cerita Dewasa Romantis - Pengalaman saya ML dengan kak Linda, Perkenalkan namaku Rendi, umurku ketika ini 19 tahun. Kuliah dikota S yang familiar dengan sopan santunnya. Saya buah hati kedua sesudah kakakku Ana. Kedua orang tuaku berprofesi sebagai pegawai sipil. Tinggi badanku lazim saja layaknya buah hati seusiaku merupakan 169 kg. Di web ini saya akan menyebutkan kisah unikku. Pengalaman pertama dengan apa yang namanya sex. Kisah ini masih saya ingat selamanya sebab pengalaman pertama memang tidak terlupakan. Dikala itu usiaku masih 10 tahun pada waktu itu saya masih kelas 4 SD. Kisah ini benar benar saya natural tanpa saya rubah sedikit malah.

Di Ajari Ngentot Oleh Kak Linda

Saya punya sahabat sebayaku namanya Putri, ia juga duduk di tempat duduk SD. Saya dan ia tak jarang main bersama. Ia buah hati yang benar-benar manis dan manja. Ia memiliki dua kakak. Kakak pertama namanya Rio di telah berprofesi di Jakarta. Dan kakaknya yang satu lagi namanya Linda. Dikala itu ia kuliah semester 4 jurusan akuntansi salah satu perguruan tinggi di kota kelahiranku. Ia lebih menawan dari pada adiknya Putri. Tingginya kaprah kaprah 160 cm dan ukuran payudaranya cukup seusianya tak besar banget namun kenceng.

Waktu itu hari benar-benar panas, saya dan Putri sedang main dirumahnya. Maklum rumahku dan rumahnya bersebelahan. Dikala itu ortu dari Putri sedang pergi ke Bandung untuk beli kain. Putri ditinggal bersama kakaknya Linda.

“Wa bosen kali nih, mainnya cuma gini-gini terus. Yuk main dokter2 an”ajak Putri

Seketika saya siapkan mainannya. Saya jadi dokter dan ia jadi pasiennya. Waktu saya periksa ia buka pakaian. Kami malah mengerjakan seperti itu lazim sebab belum ada naluri seperti orang dewasa, kami menganggap itu mainan dan hal itu lazim sebab masih kecil. Waktu saya pegang stetoskop dan menyentuhkannya didadanya. Saya tak tahu perasaanya. Tetapi saya menganggapnya mainan. Waktu itu pintu tiba tiba terbuka. Linda pulang dari kampusnya. Tanpa pakaian, Putri menyamperi kakaknya yang sedang terkejut di depan pintu.

“Hai Kak baru pulang dari kampus” kata Putri
“Ngapain kau buka pakaian semua” tanya Kak Linda memandangi adiknya.
“Kita lagi main dokter dokteran, saya pasiennya walaupun Rendi jadi dokternya, namun sepi Kak masa pasiennya hanya satu. Kakak lelah nggak. Ikutan main ya kak?” jawab Putri
“Oh sedang main.. ywdh kakak nyusul setelah ganti pakaian dulu, abisnya gerah kali" kata Linda.

Kami bertiga malah langsung masuk ke kamar lagi, saya dan Putri asyik main dan Kak Linda merebahkan tubuhnya ditempat tidur disamping kami. Saya memperhatikan Kak Linda benar-benar menawan saat meringkuk. Sesudah sebagian menit kemudian ia mengamati kami bermain dan ia terbengong memikirkan sesuatu.

“Ayo Kak cepetan, pun bengong” ajak Putri pada kakaknya.

Lalu ia berdiri membuka lemari. Ia kepanasan sebab udaranya. Umumnya ia memerintah kami tunggu di luar saat ia ganti pakaian

“Ayo tutup mata kalian, saya berharap ganti nih soalnya panas banget” Kak Linda memerintah kami.

Ia melepaskan baju satu persatu dari mulai celana panjangnya, ia mengaplikasikan CD warna putih berenda dengan figur g-string. Dikala itu ia masih dihadapan kami. Tertampang paha putih bersih tanpa cacat. Sesudah itu ia melepas kemejanya dicopotnya kancing stu perstu. Sesudah terbuka semua kancingnya, saya bisa memperhatikan bra yang digunakannya. Lalu ia membelakangi kami, ia juga melepas branya sesudah kemejanya ditanggalkan.

Saya malah terbengong memandangnya sebab belum pernah saya memperhatikan wanita dewasa telanjang apa lagi saat saya memperhatikan bokongnya yang uuhh. Ia memilih pakaian agak lama, otomatis saya memperhatikan punggungnya yang mulus dan alhasil ia mengaplikasikan baby doll dengan potongan leher rendah sekali tanpa bra dan bahannya super tipis nampak putingnya yang berwarna cokelat muda. Kulitnya benar-benar putih dan mulus lebih putih dari Putri. Putri melihatku.

“Rendi koq bengong belum lihat kakakku buka pakaian ya? Lagian kakak buka pakaian nggak nyuruh kita pergi.” Kak Linda ngomel,”Idih kalian masih kecil belum tahu apa apa lagian juga saya nggak ngelihatin kalian seketika. Ingin lihat ya Ren?”ia bersenda gurau.

Akupun menundukan mukaku sebab malu.”Tapikan kak, susunya kakak telah gede segitu apa nggak malu ama Rendi.” tanya Putri.
”Lu aja telanjang bulat kayak itu gak malu jadi ngapain wa malu. Dah lah ayo kita main kembali.” Linda menjawab adiknya. Kami malah bermain kembali.

Giliran Kak Linda saya periksa. Ia memerintah saya memeriksanya, ia agak melongarkan pakaiannya. Saat stetoskop saya masukkan di dalam pakaiannya melalui lubang lehernya, ideal kena putingnya. Ia memekik. Saya malah terkejut namun saya malah tak memandangnya sebab malu. Ia menyuruhku untuk untuk lama lama didaerah itu. Ia merem melek kayak nahan sesuatu, dikendalikannya tanganku lalu ditekan tekan tempat putingnya. Saya merasa sesuatu mengeras.

“Kak ngapain.. Emang nikmat banget diperiksa.. Kayak orang sakit beneran banget.” Putri Tanya ama kakaknya.
Kak Linda malah stop.”Yuk kita mandi soalnya telah petang lagikan kau Putri ada les lho nanti kau tertinggal.” Ajak Kak Linda pada kami berdua. Ia memerintah bawa handuk ama pakaian ganti.

Sesudah mengisi air, saya malah membuka bajuku tanpa ada muatan yang ada dan telanjang bulat seperti itu juga ama Putri. Kamipun bermain air di bathup. Kamar mandi disini sungguh-sungguh mewah ada shower bathup dan lain lain lah, maklum ia buah hati terkaya dikampungku. Sesudah itu pintu digedor ama kakaknya ia suruh buka pintu kamar mandinya. Saya malah membukanya. Kak Linda melihatku penuh terpukau sambil menatap komponen bawahku yang telah tanpa pelindung sedikitpun, saya baru tahu itu namanya lagi horny. Lalu ia masuk langsung di membuka piyama mandinya. Jreng.. Hatiku seketika berdenyut cepat, ia menerapkan bra tranparan ama CD yang tadi ia pake dihadapan kami.

“Bolehkan mandi bersama kalian lagian kalian kan masih buah hati kecil.”
“Ihh.. Kakak.. Punya kakak itu terlihat” ledek adiknya.

Ia cuma tersenyum menarik hati kami khususnya saya.”biarin”sambil ia pegang sendiri puting ia menjawab lalu ia membasahi badannya ama air di shower. Makin terang apa yang nama payudara cewek lagi berkembang. Bra kak Linda agak turun ke bawah usai kena air dari shower. Lucu banget wujudnya pikirku. Payudaranya hendak seakan melompat keluar.

“Ayo kencang turun dahulu, saya beri busa di bathupnya..”.

Putri bergegas keluar namun saya tak, saya takut sekiranya ketahuan anuku mengeras, saya malu banget. Baru kali ini saya mengeras gede banget. Kemudian Linda mendekati dan menyuruhku untuk segera turun. Saya turun dengan tertunduk muka Kak Linda memperhatikan komponen bawahku yang telah mengeras sama pada waktu saya bermain namun bedanya kini seketika dihadapan mata. Ia cuma tersenyum padaku. Saya kaprah ia naik pitam. Ia kayak sengaja menyenggol senjataku dengan paha mulusnya.

“Ooohhhh.. Apa tuh..” kata Linda dengan wajah pura pura tak tahu, Putripun ngakak memandangnya.
“Sesudah yang dinamakan senjatanya laki laki yang lagi mengeras namun culun ya sekiranya belum disunat” Kak Linda memberitahukan pada adiknya.

Sesudah busanya melimpah di air kami malah nyebur bareng.

“Dik, boleh nggak nih kakak buka bra” pinta Kak Linda pada kami.
“Buka aja to Kak lagian sekiranya mandi gunakan baju kayak orang desa.” adiknya menjawab.

Tetapi saya nggak dapat jawab. Dengan perlahan perlahan kancing dibelakang punggung dibukanya lalu lepas telah pengaman dan pelindung susunya. Dengan telapak tangannya ia menutupi payudaranya.

“Seketika buka aja sekaligus CD nya nanti deSXT kena bau CD kakak,” ujar Putri terhadap kakaknya.

Seketika ia berdiri diatas bathup melorotkan CDnya dengan hati hati(kayaknya ia benar-benar menunggu ekspresiku saat memperhatikan wanita telanjang bulat dihadapannya). Saat ia berdiri membetuli shower diatas kami, saya memperhatikan semua tubuhnya yang telah telanjang bulat.

“Kak anu.. kakak Teteknya besar, ama ada rambut dikit dibagian bawahnya kakak,” saya menyanjungnya.

ia cuma tersenyum dan memberitahu sekiranya aslinya bawahan nya lebat cuma saja rajin dicukur. Ia agak berlama lama berdiri kayaknya makin deket aja komponen sensitivenya dengan wajahku, ada sesuatu harum yang berbeda dari tempat sekitar itu. Kak Linda terus berdiri sambil melirikku.

Sambil membilasi payudaranya dengan air hangat serta digoyang dikit dikit pantat bahenolnya. Ia menghadap kami sambil mnyiram komponen sensitifnya. Saya malah tidak berani seketika menatapnya. Sambil memainkan payudaranya sendiri ia punya anjuran plus pandangan baru edan.

“Mainan yuk. Saya jadi ibunya, kau jadi si kecilnya.”

Lalu Kak Linda memerintah mainan ibu ibuan, ia memerintah kami jadi bayi. Lalu ia menyodorkan susunya pada kami.

“Anakku kasihan, sini ibu kasih kau minum” ia berkata pada kami.

Putri malah seketika mengenyot puting susu kakaknya, namun saya malah tidak bergerak sama sekali, lalu ia seketika menyambar kepalaku ditarik ke arah payudaranya.

“Ayo sedot yang kuat.. Ahh.. Cepet.. Gigit perlahan perlahan.. Acchh,” kata itu keluar.

Tetapi koq nggak keluar airnya. Punya Mama keluar air susunya. Tiba tiba Putri stop.

“Uhh.. Ini kan namanya mainan jadi nggak beneran. Kau udahan aja telah jamnya kau les” Putri malah bergegas turun dan berganti baju semenjak ketika itu saya tidak memdengar langkah ia lagi.

Saya malah masih diperintah mainan dengan putingnya tangan kiriku dikomando agar meremas susu kirinya. Mendadak saya bergetar karen ada yang memegang anuku. Dengan kanan kanan memegangi tangan kiriku untuk meremas payudaranya terbukti tangan kanannya memainkan penisku.

Seketika ia memerintahkan untuk turun dari situ. Kami malah turun dari situ. Lalu. Ia duduk di pingiran sambil membuka selakangannya. Saya baru memperhatikan rahasia cewe.

“Rendi ini yang dinamakan Miss V, punya cewek. Tadi waktu kakak berdiri saya tahu sekiranya kau mengamati komponen kakak yang ini. Ayo saya ajarin gimana mainan ama Miss V” akupun cuma mengangguk.

Ia memerintah menjilatinya sesudah ia mengeringkannya dengan handuk. Saya malah menjulurkan lidahku kesana namun komponen luarnya. Ia cuma tersenyum melihatku. Dengan jari tangan nya ia membuka komponen kewanitaan itu. Saya benar benar takjub memperhatikan panorama kayak itu. Warnanya merah muda seperti sebuah bibir imut.

Sesudah ia buka genitalianya, lalu ia suruh saya agar menjilatinya. Ada cairan sedikit yang keluar dari komponen itu rasanya asin namun nikmat. Ia saya menyodok dengan kedua jariku, terasa benar-benar becek. Ia menyuruhku stop sebentar. Saat ia menggosok gosok sendiri dengan tangannya dengan kencang lalu ia menyambar kepalaku dengan tangannya ditempel mukaku dihadapannya.

Seerr.. Serr.. suara air yang keluar dari vaginanya banyak sekali. Sambil berteriak plus mendesis lagi merem melek. Sesudah itu ia jongkok, saya terkejut saat ia seketika menjilati kepala penisku. Di buka komponen kulup sampai nampak kepalanya.

“Jangan dijilat kak, itu buat kencing punya. Emangnya kakak gak jijik” tanyaku namun ia tidak menjawab dan terus memaju mundurkan kepalanya.

Sakit dan geli itu yang kurasakan namun lama lama nikmat saya seketika rasanya seperti kencing namun tak jadi. Ia menerapkan sabun cair katanya biar agak licin jadi nggak sakit. Saking enaknya saya bagai melayang badanku bergetar seluruh. Sesudah dibilas ia mengkulum penisku, seluruh masuk didalam mulutnya.

“Kak saya berharap kencing dahulu” saya menyela.

Sesudah itu ia meringkuk dilantai ia memerintah bermain dengan kacang didalam vaginanya. Pertama saya tak tahu, ia memberi tahu sesudah ia sendiri membukanya. Saya sentuh komponen itu dengan kasar ia seketika menjerit ia mengajarkan bagaimana semestinya melaksanakannya. Diputar putar jariku disana tiba tiba kacanga itu menjadi benar-benar keras.

Saya bermain sekitar 5 menit dengan lidah dan jariku. Keluar lagi air dari vaginanya. Saya diperintah terus menyedotnya. Ia kayaknya benar-benar lemas lunglai. Sesudah sebagian ketika ia membatasi penisku dan membimbingnya di Miss V.

“Coba usul anumu ke dalam sana pasti saya jamin nikmat banget rasanya” ia menyuruhku.

Dengan hati-hati saya masukkan sesudah masuk saya membisu saja. Ia memerintah saya untuk menekan keras. Dan bless masuk semuanya ia memberi anjuran kayak orang memompa. Masuk-keluar.

“Ahhh teruskan.. cepetan.. aahh.. aahh.. aahh..” kata Linda sambil mendesah sambil memaju mundurkan bokong besarnya.

Tetapi sekitar 3 menit rasanya penisku kayak diremas oleh kedua daging itu lalu saya mau sekali pipis. Dikala itu penisku kayak ada yang air mengalir. Dan serr.. seerrs air kencingku membanjiri komponen dalamnya. Sesudah kelelahan kami malah keluar ia seketika pergi ke kamar masih situasi bugil.

Kemudian ia meringkuk sebab lelah, saya mendekatinya dan ia memelukku seperti adiknya, payudaranya nempel di mukaku. Sesudah saya memperhatikan wajahnya ia menangis. Lalu ia memerintah saya pulang. Saya mengenakan baju dan pulang. Ia memerintah merahasiakan sekiranya saya berdialog ama orang lain saya nggak boleh bermain ama adiknya.

Kami malah terus melaksanakannya sekitar 1 tahun tanpa ada siapa yang tahu. Sekitar saya kelas 1 SMP ia kawin ama sahabatnya sebab ia hamil. Saat 2 pekan lalu (ketika ini) saya bersua ia bertanya masih menyenangi main seperti dahulu. Akupun cuma ngakak saat saya tahu itu yang namanya sex dan saya ngucapin terima beri buat kakak, itu yakni pengalamanku yang pertama.

Wednesday, September 26, 2018

KuKentot Polwan Manis Dan Sexy

Cerita Sexs - Saya ingin menceritakan kisahku yang terjadi tahun 2005, dikala aku masih kuliah dan berusaha cari kerja sampingan untuk membiayai kuliahku. Kebetulan adanya temen ibuku yang mempunyai warnet di kota ini, jadi aku kerja sebagai penjaga warnet. Saya biasa jaga malam dari jam 7 hingga jam 12 malam, tetapi teman kadang tidak bisa gantikan shiftku jadi kadang saya terpaksa jaga hingga pagi hari.

KuKentot Polwan Manis Dan Sexy

Saat saya jaga sendirian yang harusnya berdua, namun teman ada aja alasannya buat ngilang. Saya sangat heran, warnet yang biasanya sangat rame dimalam hari, tumben banget sepi kali.

Pekerjaanku pun menjadi sangat santai dan saya memutuskan untuk browsing materi kuliah, bersetara dengan slonjor-slonjor serta nyamil kacang Sekitar pukul 9 adanya bunyi motor stop diluar. Hah, kesudahannya adanya pengunjung juga. Pintu sesudah itu dibuka, Kelihatan cewek masuk, bodynya tinggi, wajahnya mungil sih, rambut potong pendek serta pake sweater serta celana panjang

“Ingin nge-net adanya mas?” tanyanya “Oh, silahkan mbak…, kosong kok. Bebas milih mana saja”. Jawabku ramah bersetara dengan menatap wajah mungil hal yang demikian “Makasih mas, saya dipojok situ aja” ia seketika menuju bilik yang pojok, terus nglepas sepatu serta duduk (bilik warnetnya lesehan seluruh).

Aku lihat sepatunya sepatu kulit, kayak-kayaknya bukan cewek awam nih. sehabis duduk, ia membuka sweater, riilnya dibalik jaketnya ia menerapkan seragam polisi, pangkatnya Segitiga Kuning satu biji, ohh Sersan Dua pangkatnya. Ohh,. polwan manis pikirku “Mas, nama sama password penggunanya apa nih??” tanyanya, bersetara dengan menoleh ke saya “Ehh,. ohh,. bebas kok mbak, seketika aja” kataku jadi sedikit gagap gara-gara terpana plus terkejut “Okey mas, makasih”

“Gak papa,. kalo mas sendiri?” Lhahh, ia balas nanya
“Belum mbak, pacar aja gak adanya. Nanti-nanti lah”
“Ohh, meski penampilan mensupport lhoh” ia menjawab bersetara dengan tersenyum lagi. Matek saya… panas dingin seketika. terutama jikalau tangannya bersetara dengan menyenggol bahuku… beuhhh “Ahh, mbak bisa aja. Ehh,. suami mbak keterlaluan juga ya. Masa khianati mbak secantik gini …” agak gombal jawabku.

“Hahaha…, menawan gimana? Awam aja ah” bersetara dengan tangannya disenggolkan ke bahuku lagi. “Tetapi, hatiku sedih sekali, makanya adakalanya kalo pulang kerja aku ndak seketika kerumah. namun jalan kemana dahulu gitu”

“Lho, mbak cantik dan manis betul lho plus tinggi langsing lagi…” kukeluarkan kata-kata gombal yang entah kudapat darimana, tapi tampak ia agak malu. Senyumnya kian mengembang “Ehmm,. makasih ya. Eh,. ngliat web-web yang kayak tadi dimana ya?” tanyanya agak malu-malu.

Ehhh,. yang mana ya mbak?” jawabku pura-pura goblok
“Ingin tadi itu lho, yang dikomputernya mas” “Ohh,. ehh gak papa ya mbak? Ini aku carikan domisilinya” aku mulai mengetik domisili, serta muncul gambar-gambar orang lagi bercumbu berat. aku lihat matanya memandang monitor penuh asa. “ini tinggal di klik tautan-tautan yang adanya. Nanti banyak yang keluar kok” jawabku yang hendak pergi untuk kembali ke meja operator.

“Ehh, kemana mas? Temenin aku dong, siapa tau nanti adanya kesulitan lagi”. katanya sambil meraih tanganku dan menarikku untuk kembali duduk lagi. “Disini aja ya”. serta aku mengangguk perlahan Kami berdua mulai berselancar web-web xxx, serta aku merasa duduk kian merapat. Mata Dewi tak lepas dari monitor, napasnya terdengar agak memburu (saya juga demikian sihh hehehehe…). berasa tubuhku mulai bersentuhan dengannya, hangat dehh.

Tangannya ditumpangkan kepahaku, bikin konty ku meluap meronta-ronta (waktu itu aku masih betul-betul perjaka… bayangkeunn), diusap-usap pahaku. aku beranikan memeluk pinggangnya yang ramping serta aku rapatkan badannya ke tubuhku.
“Mas, udah pernah kayak yang dikomputer ini ndak?” tanyanya perlahan, agak berbisik. Wajahnya betul-betul rapat dengan wajahku, membikin aku gelagepan “Belum mbak, pacar aja gak punya, kecupan juga belum pernah…” jawabku jujur “Ehmmm…, jikalau gitu…” di berdiri sesudah itu berjalan kepintu depan. Pintu dikunci oleh ia, sesudah itu artikel closed dibalik. seketika ia kembali ke tempatku duduk, kembali memeluk aku yang sudah betul-betul panas dingin.

“Ingin nggak kayak gitu??” separuh berbisik dewi nanya didekat telingaku, seluruh badanku jadi merinding. Bibirnya ditempel ke telingaku. Anjrriiiiittttt……, aku gak bisa ngomong apa-apa. dengan tak menunggu jawabanku tangannya menarik tangan kiriku, ditempel ke toketnya. Gak terlampau besar sih, tanganku diberi pengarahan buat bikin gerakan mengusap serta meremas. sehabis aku bisa gerak sendiri, tanganku dilepaskan. sesudah itu tangan kanan Dewi menelusup kedalam kaosku, meremas serta memilin-milin putingku. Badanku kayak kejang semua jadinya.

“Mas, berkeinginan kan berimbang Dewi? Hanya malam ini, saya jadi milikmu sepenuhnya masss” katanya sambil keluarkan suara desahan ditelingaku. Mulutnya memagut bibirku, lidahnya liar masuk kemulutku. padahal aku mendesah-ndesah keenakan (pengalaman pertama …) tanganku makin aktif meremas toketnya. Tangan Dewi sesudah itu membuka beberapa kancing pakaian dinasnya, ehhh… riilnya masih adanya t-shirt dalam. Kian dalam ia sibakkan ke atas, sesudah itu BH juga ia sibakkan ke atas. Tanganku ditarik lagi untuk meremas-remas toketnya, aku mulai termotivasi.

Tangan Dewi menelusup ke celanaku, ****** yang udah sembab diremas-remas…, ahhhhhh. Ubun-ubun kayak berkeinginan meledak. padahal Dewi terus memagut seisi mulut serta lidahku. Perlhan kaosku dinaikkan keatas, bibir Dewi sesudah itu pindah menjelajahi dadaku. Lidahnya menjilati putingku…. Huuuuuhhhhh, bersetara dengan kadang kala berasa gigitan-gigitan kecil yang sering kali membikin aku terkejut. berasa seluruh dadaku disapu lidahnya,. rasanya nikmat gitu dan lidahnya mulai menjilati pusarku. Karuan aja aku mengelinjang kesana-kemari.

Tapi tangannya membuka risluting celanaku, diwariskan sebatas lutut. Didalam cd, kontolku ini mulai berasa berdesir-desir, padahal Dewi dengan buas menciumi batang kejantananku. Kemudian, kolorku diturunkan hingga sebatas lutut.

“Mas, kontolnya lumayan gede juga ya” katanya sambil mengelus-elus batangku dengan tangannya “Uhhhh…, memang besar kali ya mbak??” tanyaku bersetara dengan merem melek.

“Nggak terlampau besar sih, namun tepat segini nih…”
Dewi menjawabku samblil mengocok kontolku. “Masss…,. kontolmu aku emut yaa??”

“Iya mbak…”. aku udah gak konsen, Dewi seketika mulai mengulum kepala serta batang burungku perlahan-perlahan. Lembut banget, tangan kananku dengan gemas meremas-remas rambutnya yang pendek, rapi serta hemmmm…,. sungguh-sungguh wangi. serta tangan kiriki meremas toket dibalik pakaian dinasnya…, kenyal banget Dipegang lama kulumannya makin kencang, aku makin menggelinjang serta kelojotan “Ohhhh…, Wii,. Dewiii,. sudahhhh…, sudahhh, aku nggak tahannnnn” aku menceracau sejadi-jadinya.

Baru pertama kali diemut, berimbang cewk manis lagi…. Wahhhh benar saja, kontolku mulai merasa ingin keluarkan“Dewiii,. ohhh gak bendung mbakkk…” senut-senutnya makin cepat serta kesudahannya berasa adanya sebuah menggelegak… crottt,. crottt. Spermaku keluar didalam mulut Dewi.

Tetapi…,. aduhhhh Dewi nggak melepas batang burungku, konsisten dikulum-kulum serta disedot. berasa bukan nikmat yang kini, melainkan jadi geli gak terbendung “telah mbakkk…, geli saya”. bersetara dengan tanganku berusaha melepas kepala Dewi dari burungku. tak berapa lama dia melepas mulutnya dari burungku…, uhhhhhh. seluruh tubuh lemas serasa tak bertulang. Dewi yang melihaku senyum-senyum saja, sementara saya melihat mulutnya yang keluarkan sedikit sperma “Ehhh mbak, telan spermaku ya??” tanyaku.

“Iya, nggak papa kok. bugar tuh, rasanya emang agak asin sihh. Lagian alih alih nyemprot kemana-mana, bisa idap macem-macem tuhh…”. Dewi menjawab bersetara dengan tersenyum genit. Tangannya mulai nakal dengan kembali memegang kontolku yang sudah berkerut. Tampak serta mulai dielus lagi…, aku masih menggelinjang geli…, namun lama-lama mulai berasa hangat serta nikmat lagi. Mulutnya kembali memagut mulutku, kami berkecupan dengan ganas. aku mulai bisa mengimbangi permainannya.

“Mas, sehabis ini giliranku yang diberikan kenikmatan ya?” bersetara dengan napasnya mulai tersengal-sengal
“Ok mbak, akan kupuasin mbak” jawabku sambil diberi arahan sambil berusaha lepaskan celana kerja warna cokelat miliknya. aku plorotkan sampai sebatas lutut. Akibatnya celana dalam warna hitam yang menutupi gundukan. Nggak tabah sekaligus aku plorotin celana dalamnya. Saya jembut tebal menghiasi gundukan daging. Tanganku mulai mengusap serta berusaha menyibak jembutnya, menyusuri sebuah layaknya yang adanya di web-web porno.

Dengan lembut tangan Dewi memberi nasehat tanganku, serta memberi nasihat mulutku kea rah memeknya. cuma pasal celana cuma dilorot sebatas lutut, tersebutkan agak sulit buat hingga ke memeknya. Perlahan lidahku dapat menjangkau memeknya, kujilat dikit-dikit serta berasa agak berair (hihihi…, agak bau peluh ya,. nggak papa). Saya mendengar desahan rintih dewi dan menambah  ritmeku “Masss…, masukan saja…, sudah gak tahan nih”. Dewi bersuara lirih.

“Ok mbak” saya berdiri dan menyiapkan kontoku. namun aku keder, dengan posisi celanaku yang sebatas lutut serta Dewi yang juga berimbang kami berdua keliatannya sama-sama linglung “Mbak…, masukinnya gimana nih??”
“Ehh,. iya ya mas…,. gimana jikalau dari belakang saja? aku agak nungging ya…”

“Ya deh,. terserah mbak. aku masih linglung nih”. seketika Dewi berbalik serta posisi merangkak, kedua pahanya direnggangkan sehingga memeknya sedikit kelihatan membuka “Sini mas, masukkan…, tikam ke yang sini yaa…” tangannya menjangkau serta mengendalikan batangku, ditarik perlahan-perlahan kearah lubang memeknya yang agak berair. Kemudian kepala kontolku digesek-gesek di memeknya, rasanya sungguh nikmat sekali…

Tampak mulai sedikit memaksa batang burungku kelubang memeknya. Saya-perlahan, batangnya mulai ambles kedalam memek. Tanganku mulai meremas-remas bokong Dewi…. (edan, bulat banget nih bokong polwan, kenceng banget lagi. Banyak work out kali ya?). kadang tanganku menyusup kedalam pakaian dinasnya serta meremas-remas toketnya dan memilin putting susunya. Dewi mendesah-ndesah keenakan.

“Gimana masss??? Enakkk?… terus mas maju mundur aja…” “Ya mbak, nikmat. Mbak seksi banget yahh, udah langsing bokongnya montok lagi” pujiku jujur
“Ahhh mas, bisa aja. Burung mas juga enak kok…, kuat banget, meski baru keluar habis-habisan lho tadi…” godanya genit. “gimana mas perasaannya nggoyang polwan??”

“Saya sangat berdebar-debar.." pinggulku kugoyangkan dan rasanya nikmat sekali di dalam memek dewi. bersetara dengan mataku lihat pukul dinding, 22.30 tanganku makin tenar dengan lekuk-lekuk badan Dewi. Pundak Dewi sesudah itu merendah, bokongnya sekarang benar-benar nungging, napasnya mulai memburu tak teratur

“Hmm…, nikmattt kaliii, lanjutkann mass…” tubuhnya menggeliat-geliat dan kadang mengejang. “ohhhh…. Ohhhhh…,. ahhhhhhhh” Akibatnya seluruh tubuh Dewi mengejang beberapa dikala serta sesudah itu mengendur perlahan-perlahan “Tampak dah mau orgasme mass…,. teruskan saja mas sampe keluar spermanya” minta dewi dengan manja. “Ingin ganti gaya ya mas?? Spooning aja ya? Mas pasti tau dehh… yukk”

“Ya mbak” aku perlahan-perlahan rebah bersama Dewi. Posisi spooning kini, aku peluk Dewi dari belakang bersetara dengan sku sodokkan burungku berulang-ulang serta sekuat energi “ahh…, ahhh…, ahhh” Dewi menjerit perlahan, aku terus memompa

“Ahhhh mbakkk…, akuu keluarrrrr…” tubuhku mengejang serta crott…crottt. Spermaku keluar buat kedua kalinya… Pelukanku ke Dewi bagai mencengkeram hingga Dewi sepertinya sulit bernapas “masss…,. puas kalikan” tanyanya dengan lembut di telingaku…, aku hanya mengangguk bersetara dengan tersenyum. aku melirik pukul dinding,. sudah pukul 2315 “Ada apakah sih mas, kok lihat jam??? Nggak menyukai ya?” Dewi merengut

“nggak mbak,. namun udah hamper pukul separuh dua belas, temenku yang aplusan jaga bentar lagi dating” jelasku

“Ohhh… kirain”. senyumnya manja sesudah itu kepalanya menoleh ke wajahku serta mulai memagut mulutku lagi. “ya udah…, kita beres-beres dahulu yuk”

Tampak melepas batangku yang mulai lemas dari memeknya, kuambil tisu buat membendung serta membersihkan cairan disekitar memeknya “Makasih ya mas” bersetara dengan ia memberesi kembali seragam polwannya. Merapikn lagi rambutnya yang pendek…, aku menyukai sekali memandangnya “Mbak menawan banget dehhh”

“ahhh mass…,. makasih juga. Sama-sama, aku juga sungguh-sungguh merasakan ini kok.  bisa lain kali kita ketemuan lagi…, aku percaya kau kok” balasnya masih dengan nada manja. “Ehh…, boleh meminta nomer telepon seluler ya mas…, supaya bisa ketemuan lagi”

“Tentu mbak, mbak bagus banget. Perjakaku diambil mbak lhooo…”. aku sedikit tersipu
“Ohhh…, maaf ya. Habis aku pngen banget sihhhh… semoga kau menyukai serta nggak jera” sehabis rapi, ia menerapkan sepatu serta berkeinginan membayar dunia maya
“ndak usah mbak,. ini upahnya sudah sungguh-sungguh berlebih kok” jawabku
“Ahhh… yaudah. Makasih ya ”. sehabis tukar menggantikan nomer telepon seluler, Dewi membuka pintu serta meluangkan kissbye yang

aku bales dengan lebih mesra Dan dari dikala itu kadang-kadang aku ketemuan dengan Dewi diberbagai tempatBeberapa. pekan sehabis itu Dewi bercerai dengan suaminya. Hubunganku dengan Dewi sampai tahun 2004. Tahun itu dewi udah mempunyai suami baru, seorang perwira polisi. aku ndak berani ketemuan lagi, serta Dewi kayaknya sekarang betul-betul sayang berimbang suaminya. aku ikut berterima kasih saja.

Monday, September 24, 2018

Sebutkan Cinta Di Kos Romantis

Cerita Dewasa Romantis - Sebuah persinggahan dengan bunga-bunga yang bermekaran. ruang yang senantiasa mempermainkanku pada estetika yang memesona. Derai angin senantiasa mengantarkan harum mawar, sampai membuatku mabuk kepayang. Alangkah cantiknya daerah ini, alangkah saya berharap senantiasa di sini.

Sebutkan Cinta Di Kos Romantis

Saya seorang yang masih jomblo pada persinggahan itu, sikap pendiam dan pemalu terngaung, menutup rasa cinta. mungkin suatu yang terpendam menyusun puncak es di hati. Beku, kian hari kian membatu. saya kian tak yakin seandainya suatu dikala gunung es itu sanggup mencair. Segala tahu sang surya senantiasa terbit dari arah timur ke barat bukan dari utara keselatan. Sehingga, es di kutub utara tidak akan pernah mencair.

Chelsy, nama itulah yang mendermaga di lubuk hatiku, ukiran nama Chelsy membekas di tiap sysraf-saraf otakku. Kamar yang berhadap-hadapan, latar itulah yang senantiasa memberiku kans bertatapan dengannya. Saya senantiasa rindu adegan itu, senantiasa membikin hatiku berbunga, kala mata kami bertarung dalam sebuah lingkaran. sampai menumbuhkan bercak-bercak cinta yang mendalam, serupa gulma di musim penghujan.

“Jek apa kau tak bosan hidup sendiri, Tanpa pernah menjalin kekerabatan dengan seorang wanita?” sebut sem.

Pertanyaan itulah yang senantiasa membuatku terdiam atau terpuruklah itu. Sepertinya, tak ada kata-kata yang bisa kurangkai untuk menjawab, sebab serba salah dan semuanya bego.

Hatiku bagaikan es di kutub utara yang tak tahu, kapan dapat mencair, sebab kian hari kian memuncak oleh kata-kata dan perasaan yang tidak dapat kucairkan pada sebuah daratan.

Saya benci pada diriku, menyesal hidup seperti ini. pengecut, pendiam, pemalu, sifat yang lumrah dimiliki seorang wanita, melainkan saya seorang lelaki yang selayaknya berani menyuarakan kata cinta pada seorang wanita. bukan pemalu dan cuma menunggu ungkapan cinta seorang bidadari.

“Hingga kapan?” teriakku. Saya tidak berharap hidup seperti ini. hidup dalam bayang-bayang cinta yang yang suram.

Kupandang hidupku kebelakang. Mengingat-ingat prilaku yang cuma membisu. waktu yang tak kugunakan, semuanya sia-sia. Ke kampus lalu tidur di kosan, kadang membikin kamar seperti pabrik, oleh gumpalan asap rokok yang tidak pernah stop, keluar-masuk dari mulutku.

Hari ini hari sabtu, libur di kalangan mahasiswa. Kosan terasa sangat sepi. penghuni kosan merasakan hari libur, menghilangkan kejenuhan oleh rumus-rumus, pengertian-pengertian, istilah-istilah dan ilmu-ilmu, selama lima hari berturut-ikut serta.

Bepergian atau berbelanja untuk menenangkan pikiran, bukan komponen hidupku. Ketika libur lazimnya kuhabiskan waktu untuk menulis puisi, membentuk nada-nada menjadi musikalisasi. cuma itulah yang bisa menghiburku. Bukan cuma pikiran namun hati yang telah membeku sekejap menikmati kehangatan oleh untayan kata-kata dan nada-nada yang mengalun dengan sendu. Sepertinya, mengucapkan kesendirian dan kejenuhanku. mungkin saja terhadap nyamuk atau kecoak yang senantiasa menemaniku.

Pada sebuah siang yang panas, saya memandang sosok seorang gadis, tiba-tiba jantungku bergemuruh. ya itu Chelsy. sepertinya ia berjalan menuju kamar mandi. mungkin sejenak lagi ia juga akan bepergian atau bersenang-bahagia, sebagaimana sahabat-sahabat yang yang lain. Sebentar kupandang sosok gadis itu, terpintas suatu pandangan baru dalam benakku, melainkan masih mengapung-apung. Sebab, untuk mengerjakannya dibutuhkan suatu keberanian. Kutenangkan jiwaku, kutepis seluruh rasa takut, kurangkai kata-kata yang mungkin kuungkapkan untuknya, dikala itu juga.

Kakiku mulai gemetar. kutuntun untuk melangkah keluar dari kamar kosan. kulihat sekeliling, sepertinya sepi. “Mungkin semuanya telah pada pergi.” Bisikku dalam hati. kudekati kamar mandi itu. kutunggu sampai celsy keluar.

Saat, berada di depan pintu kamar mandi, saya sempat barhayal. Mungkin kenekatanku itu akan membuatku malu seumur hidup, melainkan saya tak peduli soal itu, mungkin itu suatu perjuangan untuk meraih cinta.

Terlalu lama melamun, membuatku tersentak terkejut. memandang Chelsy telah dihadapanku. ia juga terkejut. dari raut wajahnya sepertinya ia malu, sebab tubuh mungilnya cuma ditutupi handuk lembutnya saja.

Kudekati dirinya kemudian kupegang tangannya lalu menariknya ke dalam kamar mandi itu lagi. Mulanya ia amat berontak, ia takut seandainya saya bertingkah senonoh pada tubuh cantiknya yang memesona, tetapi walhasil ia mulai hening, dikala saya berlutut di hadapannya dan menyuarakan seluruh isi hatiku kepadanyanya.

Ia cuma dapat terdiam, mungkin ia terkejut atau naik darah atas kelakuanku yang di luar pikirannya. Melainkan, saya tidak perduli apa pendapatnya seputar diriku.

Sekarang es dikutub utara telah mencair, mengalir ke samudra-samudra, menggenangi segala rawa yang dahulu kering dan laut yang lama surut sudah penuh kembali. Mungkin panasnya bumi oleh asap pabrik, asap kendaraan dan hutan yang di botak para penebang-penebang liar.

Dalam suasana tenang itu, tiba-tiba bibir lembutnya memancarkan kata-kata yang amat berharga untukku.

“sebetulnya saya telah lama memendam perasaan yang sama denganmu, saya juga menyukai sama kau, saya telah lama menunggu masa-masa seperti ini.” sebutnya sedikit malu.

Jawapan yang demikian itu singkat, tetapi sudah menjawab seluruh teka-teki yang tidak pernah dapat terjawab olehku, malahan spesialis sekalipun. Cuma Celsylah yang dapat menjawabnya. dinasehatinya saya untuk berdiri, lalu kicium tangan yang kugenggam dari tadi. masih terasa harum, seperti mawar putih yang mekar di pagi hari.

“Saya pamit dahulu! jangan lupa, nanti malam kita ke taman, merasakan malam dan memandang bintang-bintang. saya akan menunjukan terhadap bulan, bintang, angin yang bertiup pada pohon-pohon, bahwa saya telah mencairkan puncak es di hatiku.”

Ia menjawabnya dengan anggukan dan senyuman yang lembut, dengan sedikit malu. kulihat sekeliling kosan masih terasa sepi. “Mungkin mereka masih asik merasakan hari liburnya.” Pikirku.

Saya lantas berlari menuju kamar. Dari jendela kamar itu, terus kupandangi bidadariku itu, seperti yang sering kali kulakukan sebelum cinta itu mencair pada sebuah daratan.

Sunday, September 23, 2018

Bekas Suami Bos Menodai Saya

Cerita Dewasa Romantis - Saya datang ke Malaysia lima tahun lalu. Berprofesi dengan sebuah keluarga Cina dengan gaji yang dijanjikan lumayan. Awalnya saya khawatir juga berprofesi di rumah bukan Islam, bagaimana makanku, solatku, kena masak babi ke dan banyak yang bermain di kepala. Melainkan karena kesempitan hidup saya tabahkan hati dan berprofesi dengan mereka.
Bekas Suami Bos Menodai Saya

Bos perempuan sungguhlah garang, banyak sekali saya makan hati karena semuanya tak kena. Cuma tak memasak, yang lain saya buat. Karena mereka makan di luar dan akan membeli makanan untuk saya. Mula saya cuak juga apa yang dibeli, halal atau haram tapi saya dipastikan makanan Melayu atau makanan mamak. Betul malahan makanan Cina lain rasanya, orang Melayu metode masak lain dan mamak mestilah lain juga. Saya gembira metode demikian ini disebabkan saya tak payah sulit hati memasak ‘ba alif ba ya’ atau ayam pancung… ya, yang tak bersembelih.
Tapi meski kerjanya menjaga seorang buah hati kecil dan mengemas rumah, aduh tak gampang ya. Hati berumur tiga tahun asyik menangis dan senantiasa sakit tapi kerana saya juga ada buah hati, biasalah budak kecil yang menangis, meragam dan sakit. Yang seorang berumur lapan, pagi pergi sekolah, sore balik.
Sekali pandang memang tak banyak kerja… mengemas rumah tidaklah sulit amat, lagipun cuma dua bilik yang diperbaiki masuk. Bilik buah hati lelakinya dan satu lagi bilik bayi, dan rumah malahan tak besar mana, beres mengemas tidak hingga dua jam. Jadi masa lain melayan bayi.
Seandainya bos pergi kerja memang seronok tapi jika bos ada rumah banyaklah ‘complaint’nya metode menyuap budak salah, metode menyapu salah, menyidai pakaian malahan ada caranya. Letihnya bukan apa banyak amat songehnya membikin saya keliru, yang mana betul yang mana salah. Kadang-kadang saya diherdik tapi saya membisu aje. Cukup bulan saya tunggu lagi, tengok duit, saya membisu dan berprofesi lagi karena wang itu mahu dihantar ke kampung untuk buah hati-buah hati makan. Biarlah mak mereka merana di sini asalkan buah hati-buah hati makan dan mencari ilmu.
Suami bos jarang di rumah… katanya banyak bisnes di daerah lain. Saya malahan tak berapa kisah dengan hal rumahtangga mereka, ia ada ke tidak ada tiada membawa makna pada ku, lagipun saya tengok ia tipe bagus aje, kapabel malahan bunyi tidak berapa dengar. Saya cuma dengar bunyi bininya sahaja.
Satu hari hendak diciptakan cerita, saya tengah menggosok baju, dan si kecilnya menangis, ia menjerit memerintah saya tengok budak yang menangis. Jeritan itu malahan buat saya tergamam dan dalam masa suram kabut saya telah rosakkan pakaiannya. Ya Allah saya menggigil kerana saya tahu apa habuan saya selepas ini. Melainkan saya seharusnya mengkhabarkan akan kerosakan pakaian itu, pakaian yang mahal agaknya. Saya bukan sahaja dimarah tapi disepak dan waktu itu suaminya balik, mengamati momen di depan mata. Saya tak tahu apa yang disebutkan terhadap suaminya tapi suaminya membisu sahaja. Kemudian saya diberitahu untuk ‘pack’ pakaian. Katanya ia tak mahu tengok muka saya lagi. Ke mana saya mahu pergi, entah saya tak tahu, tak ketahui jiran sebelah menyebelah. Suami memujuk sang isteri barangkali dan keesokan harinya barulah saya mahu dihantar, tapi hantar ke mana. Ke lapangan ke, ke polis ke, ke mana ke saya malahan tak tahu. Disuruhnya campak saya di bas stesyen. Melainkan suaminya bagus, katanya kau membisu-membisu saya tak hantar kau balik tapi kerja dengan ini orang Cina.
Ternyata orang Cina yang dikatakannya yaitu daerah sebagian kerja di kafe. “Saya tak mahu masak, saya tak mahu makan babi. Saya katakan terhadap ia.” “Bukan, tinggal di sini dahulu nanti saya uruskan kau berprofesi di pejabat kerja sapu pejabat.” Itu telah lebih ketimbang baik, memang saya menyenangi kerja yang demikian ini.
Saya dihantar ke Johor Bahru berprofesi di pejabat, ternyata ia antara bos di situ. Saya dilayan bagus diberikan bilik kecil untuk saya tinggal di situ. “Permit kerja-kerja rumah, tapi kau membisu membisu jangan cerita sama sapa. Itu saya punya bini memang itu perempuan banyak kecoh mulut, berisik itu karena saya tak menyenangi balik rumah. Ia otak banyak tak betul… itu karena saya simpan perempuan lain.” “Sepatutnya karena bos simpan perempuan ia berang.” “Betullah tapi mana bendung dengan ia berisik berisik, tengok itu hari karena pakaian satu kampung dengar ia punya jerit.”
Kami menjadi kawan dan walau berprofesi di pejabat sesungguhnya ia melayan saya dengan bagus. Seandainya ia ada ia belikan saya makanan, kasih saya tipe-tipe hingga orang ingat saya ini ia punya pacar. Satu hari ia belikan saya pakaian, indah amat pakaian itu dan ia mahu saya pergi potong rambut, mekap dan buat kuku, ia hantar saya ke salon. Awalnya saya ragu-ragu juga tapi ia kata, jangan sulit hati ini malam sahaja jadi aku punya girlfriend, karena aku punya girlfriend tak ada ini malam. Ia balik kampung.
Ternyata telah rambut dipotong, telah gunakan pakaian indah dan mekap saya sendiri tak sangka saya lihat diri di cermin, saya amat indah. Seandainya telah siap, ia sendiri kaget, “Yanti indah ya,” katanya. “Kawan-kawan seharusnya kaget nanti.”
Betul saya dibawa ke sebuah majlis. Parti apa malahan saya tak tahu dan yang menariknya ia tak layan saya tipe pekerja tapi tipe girlfriendnya. Kawan-kawan malahan layan saya bagus dan baru saya rasa saya seorang wanita. Selama ini saya menikmati saya ini tipe tiada skor diri, berlumus dengan keringat, dengan daki, dimarah dimaki dan dihina. Hari ini saya merasa menjadi perempuan yang sejati dilayani sebaiknya, dan saya jadi seronok. Seronoklah jika ada orang melayani demikian ini. Itu cuma pernah saya rasai pada mula saya berkahwin, kemudian suami buat hal dan saya ditampar diterajang. Karena itu saya lari ke sini karena tak bendung dengan seksaan suami. Saya meminta diceraikan dan meninggalkan kampung halaman.
Malam itu saya dihantar pulang, dan katanya seandainya-seandainya ia perlukan sahabat ia akan mengajak saya. Senantiasa jugalah saya mendampinginya tapi memang ia tak pernah mengambil peluang dengan saya… saya hormat ia dan ia hormat saya.
Episode selanjutnya, bilik kecil tempat ku tinggal diambil alih oleh orang Indon yang kaya raya. Mereka mengaplikasikan perkhidmatan cleaner dan saya tak disenaraikan di dalam pekerjanya. Saya merayu untuk mendapatkan kerja lalu saya dihantar ke rumah salah seorang bos. Saya menjadi bibik di situ. Tuan Cina saya dahulu malahan sirna tanpa khabar info, saya malahan tak tahu ia ke mana dan kenapa semuanya berubah sekelip mata.
Bos perempuan saya ini, mengenal saya orang Indon ia malahan seperti di rumah-rumah orang kaya Indon, mereka memanglah arogan dengan pekerja tapi saya malahan tak kisah asal gaji bisa. Saya mahu kerja paling lama malahan dua tahun lagi, kerana seandainya cukup wang mahu pulang dan buka bisnes kecil-kecilan. Saya piawai menjahit tapi tak ku beritahu mereka karena nanti bertambah-tambah kerja tapi kerja di rumah orang Indon lagilah sulit seluruh kena buat. Memasak, dan semuanya tapi yang paling saya tak mahu buat tapi diperintah juga buat yaitu memandikan anjingnya. Ya Allah saya rasa mahu lari dari situ tapi ideal kerja seluruh telah beres dan saya terpaksa melayan semuanya.
Suaminya juga orang Indon, tak arogan tapi ada satu perangai yang buat saya kadang-kadang takut, ia menyenangi tengok saya atas bawa dan bermain mata dengan saya. Saya sesungguhnya takut, kuliner saya boleh ceritakan terhadap isterinya. Lama-lama saya amati wajahnya, saya pula teringat ia ini antara kawan-kawan bos lama saya dahulu, Simon. Patutlah tipe saya ketahui ia dan ia juga tipe buat signal yang saya ini pernah dijumpai. Satu hari masa isterinya tiada di rumah ia tanya saya sama ada saya ketahui Mr. Simon. Saya tak mahu mengaku untuk keselamatan tapi ia bukan bodoh. Ia telah ingat saya ini perempuan simpanan Simon, karena Simon bawa saya sebagian kali. Tentu ia ingat saya juga boleh dibawa ke ranjang barangkali.
Seandainya isterinya tiada di rumah, ia cuba ambil peluang. Menarik itu senantiasa tapi satu malam, bilamana isteri dan buah hati-si kecilnya pergi bercuti, (saya ingat ia ikut serta ternyata tak) dan seluruh orang lain tiada di rumah, ia berjaya menarik saya ke ranjang. Saya diratah sehabis mahu, berkali-kali ia mahu mengerjakan seks, jika saya melawan telah tentu lagi sakit lantaran saya biarkan sahaja ia meratah tiap-tiap inci tubuhku. “Bapak puas?” Tanyaku sambil menangis. “Jika jadi apa-apa saya beritahu ibu.” “Jangan kau berani,” ugutnya.
Selepas kejadian itu saya menjadi sungguh-sungguh takut dan mujurlah saya datang bulan, dan saya selamat ketimbang termengandung buah hati luar nikah. Sungguh saya benci mengamati wajahnya, meski disangka ia kacak, pada saya ia rupa jembalang, berbeza Simon walau pendek, dan sepet tapi hatinya bagus. Saya teringat ia memberikan saya telefon, katanya seandainya mahu hubungi buah hati di Indon gunakan sahaja dan habis kredit saya tambah. Sungguh ia berhati mulia tapi ia di mana? Aku keparat ini pula siapa? Saya juga berkeinginan tahu di mana Simon untuk saya meminta bantu melepaskan saya dari daerah neraka ini.
Saya sungguh-sungguh khawatir seandainya rumah sunyi dan isterinya tiada di rumah. Ia ada tukang kebun dan dengan si tukang kebun itulah saya buat bagus agar saya tak keseorangan jika orang lain keluar. Malam saya akan mengunci dan meski diketuk dan bunyi kemarahan memerintah saya buka pintu, tak saya buka, karena saya tak mahu momen itu berlaku lagi.
Entah apa kot yang disebutkan terhadap isterinya, sang isteri pula bertambah kurang didik dengan saya. Melainkan ia di hadapan isteri tipe tiada apa, kadang-kadang cuba tanya buah hati dan cerita hal-hal di Indonesia. Saya lantas tak atensi.
Satu pagi masa bersarapan ia memberitahu saya Simon ditemui mati. Saya terketar mendengar ceritanya, hendak tahu lebih lanjut saya tak berani karena saya mengaku tak mengenali Simon. “Simon gengster tu?” jawab isterinya. “Ya si gengster.” Gengster kata mereka tapi sedikitpun saya tak percaya. Dan apa terjadi dua pekan selepas itu, si ibu memberitahu yang ia ada tamu meminta saya masak nikmat-nikmat. Di belinya bermacam dan sepagi saya memasak… dan nah dari jauh saya mengamati kereta masuk di wilayah rumah. Itu kereta bini Simon daerah saya berprofesi dahulu. Saya serba salah, karena saya tak mahu ia mengenali saya, lagi sulit hidup saya nanti. Melainkan apa metode malahan saya tak bisa mengelak.
Makanan dihidangkan, saya cuba menyorok tak keluar di meja makan, tapi tak mungkin saya tak dipanggil ibu… dan seandainya ia ternampak saya, tahu apa ia buat? Ia menerkam saya. ”Seandainya bibik orang jahat!” Katanya terhadap ibu. “Ke sini ternyata kau? Awas nanti ia akan ambil you punya husband!”
Aku ibu merenung bagaikan hendak makan saya. Oh sorry saya tak mahu makan masakannya, dahulu ia kasih saya punya Simon makan, dan Simon telah edan dengannya. Tanya ia ia ketahui tidak Simon?”
Apa ini, saya tipe tak percaya ia menuduh saya dan saya juga cuba fikirkan bagaimana ia tahu saya pernah diajak ke parti oleh Simon dan betulkah Simon telah meninggal, saya tak tahu.
Aku jadi hura hara, “Jika aku ibu, aku hantar ia pergi Port Klang dan biar ia cari sendiri jalan pulang, jangan malahan dibeli karcis kapal terbang.” Seandainya saya malahan lebih menyenangi dihantar balik ketimbang tinggal di situ, satu metode saya bisa melepaskan diri ketimbang jerat laki yang menodai saya.
“Saya ada gambar Simon dengan ia,” kata lagi si perempuan Cina ini. Lagi saya kaget, “Seandainya perempuan bukankah kau?” Aku gambar saya. Sempat juga saya menjawab, “Jika saya secantik ini saya tak berprofesi rumah orang, bagus saya jadi perempuan simpanan sesiapa.” Dan seluruh terdiam. “Tipu, ia kuat tipu, ia goda saya punya suami!”
“Apalah perempuan edan ini kapabel?” kata saya dalam hati. “You tahu saya juga ada bukti, Simon tulis dalam secret FB nya yang saya tahu itulah ia. Ia mahu masuk Islam dan menikahi seseorang dan orang itu jangan sesiapa kaget kerana tulisnya ia itu bekas maid di rumah saya. Saya menyayanginya dan saya akan beritahu ia satu hari yang saya menikah dengannya.”
Saya terkedu mendengar cerita si nyonya… tapi mana Simon? Betulkah ia ditemui mati, seperti yang disebutkan oleh ibu dan bapak dua pekan sebelum ini? Saya jadi keliru… dan doakan bukan ia yang mati.
Tembelang mereka pecah, sepandai tupai melompat hasilnya jatuh juga. Semuanya merupakan dirancang dan lakonan semata karena mereka pasti akulah perempuan yang dibawa Simon ke parti sebagian kali. Bapak itulah yang menuntaskan rahsia, ia buat ini seluruh karena takut saya buka cerita ia memperkosa saya. Ia ingat ia boleh senantiasa buat kerja deSXT itu tapi tak, saya telah tahu taktiknya dan buat seluruh rancangannya terhalang.
Benar mereka mahu saya tertanya-tanya perihal Simon dan itu boleh meresmikan kisah saya dan Simon. Seandainya mereka mengada-adakan cerita dan buat sedih dengan kematian Simon mereka mahu lihat respons saya tapi saya juga piawai berlakon, sekali saya kata saya tak ketahui tak akan ku kapabel sebaliknya. Ibu dan bapak membawa isteri Simon memang untuk memalukan saya, tapi mereka lupa yang saya telah bisa satu domisili, betullah Simon telah jatuh cinta dengan saya.
Saya memang malahan dihantar pulang, di Port Klang ditinggalkan saya, untuk saya mencari jalan pulang. Melainkan ingat tidak Simon pernah memberikan saya telefon, dan memang lama ia menghilangkan diri serta tak menghubungi saya. Ternyata ia sengaja mengerjakan itu untuk melupakan saya tapi ia tak bisa melawan perasaannya.
Saya hantarkan Whatsapp memberitahu saya telah pulang ke kampung halaman dan memberitahu Simon akan domisili rumah dan nombor lain untuk dihubungi. Andai benar Simon cinta saya ia akan menyusur kemudian lagipun jarak Medan dan Kuala Lumpur tak jauh mana.
Simon datang satu hari, mahu mengambil saya sebagai isterinya tapi sebelum itu ia mahu tinggal sebagian dikala di bumi Indonesia untuk belajar perihal Islam.
Hari ini saya legal menjadi isteri Simon.

SILAKAN PAKAI GOOGLE CHROME AGAR BISA DIPLAY DAN DOWNLOAD

PENTING..!!